Jalan lurus yang bercabang


Aku punya seorang sahabat, yang sudah aku kenal sejak masih mengenakan seragam putih merah 12 tahun silam. Awalnya aku sebagai orang yang sedikit rese' pada kala itu, mempelesetkan namanya sehingga ia yang masih bocah itu marah dan menghajarku, yang kemudian aku hajar balik! dan entah apa yang dipikiran kami yang masih bocah-bocah saat itu, kami kemudian mulai bersahabat setelah lebam-luka sehabis saling menyakiti. Haha.. sedikit aku sadari mungkin itulah kami dari dulu hingga kini, selalu damai sehabis bertikai.

Sejak itu, dia hampir setiap hari main kerumahku, dan aku senang-senang saja, setidaknya ada teman bagiku untuk bermain playstation. Mulai dari game pasaran seperti Dinasty Warrior, Musou Orochi, Guitar Hero, GTA hingga game tidak jelas seperti Namco X Capcom ataupun Metropolismania sudah kami mainkan semua. . Dijaman itu juga dia mengenalkanku yang namanya manga, kala itu ia meminjamkanku buku komik One Piece. Aku membacanya dan ternyata aku jadi salah satu penggemar One Piece hingga saat ini dan malahan ia tidak. Selain One Piece, Naruto dan Detective Conan adalah manga yang aku ikuti sejak saat itu. 

Setiap ada musim mainan, seperti Yoyo, kartu Yu-gi, kelereng, layang-layang sampai mobil tamiya kami memainkannya. Terkadang aku membelikannya, karena ya saat itu uangku sedikit berlebih dan aku juga ingin kalau dia punya mainan yang sama.

Hingga suatu hari aku dikenalkan internet olehnya, aku mulai membuat facebook, bermain game-game internet hingga dosa terbesar kami saat itu, tidak sengaja melihat hal yang tidak pantas (haha, you know what i mean). Kami bermain warnet hampir setiap hari, awalnya bermain Ninja Saga dan game-game facebook lainnya, kemudian tak lama setelah itu game online keluar, kami pun memainkan game-game seperti Point Blank dan Perfect World.
Aku selalu ingin yang terbaik, jadi aku selalu membeli barang-barang berbayar sementara dia menggunakan cheat, kami selalu berdebat tentang hal itu.

Masalah besar pertama melanda ketika kami menjajaki jenjang SMP. Awalnya saat kelas 7, aku sekelas dengannya dan tak ada masalah. Tetapi ketika beranjak naik kelas 8, kami terpisah, dia berada di 8A yang berada di lantai 1 sekolah dan aku di 8E yang berada di lantai 2. Singkat cerita aku mempunyai gebetan di kelas 8A, sebut saja namanya Mei. Sialnya, ketika itu Mei mempunyai pacar disekolah lain. Ketika semester 2, Mei putus dengan pacarnya itu, dan aku yang bocah saat itu tentu saja langsung gencar mendekati nya. Disitulah aku meminta bantuan sahabatku ini untuk membantuku mendekati Mei, karena mereka saat itu selain sekelas juga berada di satu pelatihan lomba yang sama, lomba seni. Sementara aku berada di pelatihan olimpiade biologi dan LCC.

1 Bulan kemudian baik aku ataupun mereka berangkat ke tingkat provinsi untuk berlomba, walaupun dalam waktu yang berbeda. Saat itu Blackberry Messenger sedang dalam masa-masa keemasannya hingga apapun yang terjadi akan diupdate disana. Sedikit kecurigaan muncul ketika aku melihat mereka saling upload foto bersama, aku menanyakan kepada sahabatku dan ia berdalih bahwa tidak ada apa-apa dan aku percaya saja saat itu. Puncaknya adalah ketika Mei ulang tahun, rencana ku ingin merayakan ulang tahunnya hingga aku mengajak sahabatku ini untuk membantuku, tetapi ia menolak dengan alasan bahwa dia akan merayakan dengan sesama tim lomba seni. Ketika itu aku hanya menerima saja walau firasat buruk karena gossip orang-orang telah memenuhi kepalaku. Dan ternyata benar, dia jadian dengan gebetanku! alias menikung sahabat! aku tentu saat itu marah kepadanya, kami sempat terlibat baku hantam walau tidak parah, dan sejak saat itu hingga beberapa minggu kemudian kami tidak saling sapa.

Tapi bukan sahabat namanya kalau tidak berbaikan kembali. Dia mengajakku untuk ikut sepedaan bareng tim lomba seni nya dulu, yang dimana saat itu tentunya ada dia dan (mantan) gebetanku. Sejak saat itu kami mulai menata ulang fragmen persahabatan kami. Aku mengikhlaskan segala kejadian yang pernah terjadi.

Stengah tahun setelah itu, ada kejadian lucu yang tak akan pernah aku lupakan. Hari itu sekolah mengadakan lomba-lomba bertemakan muslim dalam rangka menyambut tahun baru islam. (mantan) gebetanku si Mei, mengikuti lomba fashion show, dan baju ganti nya pada saat itu tergeletak di lantai hingga menjadi kotor. Mei menyalahkan sahabatku, dan sahabatku mulai menuduhku yang melakukan itu, karena memang selain aku yang suka iseng, teman-temanku yang sebenernya biang dari semua ini melampiaskan kesalahan mereka kepadaku. Dia memarahi ku dengan kata-kata kasar, dan aku membalasnya. Sedikit baku hantam. Dan tak persis ku ingat, kami sama-sama menangis setelah itu. Benar-benar suatu kejadian yang memalukan.

Putih abu-abu. Aku berada di X IPA 4, dan dia X IPA 6. stengah semester berjalan dia pindah jurusan ke IPS. dia diancam guru BK bahwa jika nilai nya tetap rendah dia terancam tidak naik kelas. Aku tentu menentang kepindahannya ke IPS. aku bilang bahwa masih bisa berusaha dan memperbaiki keadaan. Pesimis. dia tetap pindah. Aku marah. namun ternyata kepindahan membawa sedikit hikmah di kemudian hari.

Desember 2015. Dia dan Mei merayakan hari jadi mereka. Mereka jalan menggunakan sepeda motor. Entah kenapa hari itu, Mei merasa pusing dan ia jatuh dari boncengan. Menghantam aspal dengan wajah duluan. Seketika sahabatku panik, dan membawanya ke rumah sakit. Namun, ketika orang tua Mei sampai dirumah sakit, mereka mengusir sahabatku. Tali silaturahmi yang susah payah dirajut dengan baik oleh sahabatku dengan orangtua Mei hancur seketika ketika beberapa hari kemudian mereka melarang Mei untuk bertemu sahabatku lagi. Jadi setelah itu mereka berpacaran dalam diam. Aku mencoba untuk mengajak sahabatku menjelaskan semua kejadiannya kepada orangtua Mei, tetapi sahabatku tak mau dengan dalih ia sudah berusaha mencoba namun malah keluarga nya yang terhina.
Beberapa bulan kemudian, sahabatku ditinggalkan dengan 'sadis' oleh Mei. Mei jatuh kepelukan lelaki lain, yang lebih kaya, yang lebih bisa memberi Mei semuanya, dan yang pasti diterima oleh orangtua Mei. yang pasti sahabatku lebih punya rupa dan adab dibanding orang yang menikungnya. Sahabatku pasrah saja dibegitukan, ia bilang mungkin ini karma karena pernah menikung sahabatnya sendiri. aku bilang tidak, tidak ada hubungan dengan itu semua, dan aku tidak pacaran dengan Mei saat ia mengambil Mei dariku, dan itu sah-sah saja. Namun, sekuat apapun itu, ia menyerah dengan keadaan. Aku emosi, dan menyuruh kalau memang ingin sudahi, sudahilah! namun ia pun tak sanggup melakukan itu. dia hanya pasrah dan menunggu saat memang tak ada lagi yang harus dipertahankan, terutama ketika Mei tak pernah menganggapnya sama sekali lagi.

Disinilah awal dari segala kehancuran nya, disinilah sahabatku mulai selalu pasrah dengan keadaan yang menghimpitnya. Seakan bahwa takdir tak akan berubah sekalipun kuat usaha, ia tetap akan dibawah selamanya. setidaknya itu pandanganku terhadapnya. . Setelah itu ia coba melampiaskan keputusasaannya dengan wanita lain, namun dalam 2 bulan ia putus. ia tak tega untuk terus membohongi dirinya sendiri. sejak itu ia tidak pernah untuk mencoba membangun sebuah hubungan lagi, setidaknya sampai saat ia bekerja cetusnya.

Kemudian hadirlah seorang wanita, dengan pipi tembem dan sifat tomboy yang selalu perhatian padanya. peduli padanya. tidak pernah melihat kekurangannya. selalu melihat kelebihannya. selalu mencemaskan ia. tidak ingin ia gagal. memujinya. mengejeknya. menemaninya kemanapun melangkah. Wanita ini sekelas dengan sahabatku (Inilah yang kusebut kepindahan jurusannya membawa sedikit hikmah).

Wanita ini kemudian menjadi sahabatku juga. Aku tau mereka saling cinta, namun baik keduanya tak ada yang pernah mau mengungkap rasa. Ketika aku selalu berbuat jahat kepada sahabatku, wanita inilah yang selalu membelanya. Ketika kami berdebat keras, wanita inilah yang menjadi penengah kami. Ketika kami damai, wanita inilah yang menjadi pelengkap persahabatan kami.

Hanya mereka berdua yang aku tangisi ketika masa putih abu-abu ku telah berakhir. Saat itu Farewell Party, dan acara sudah selesai. Siswa-siswa menyalami guru, sesama teman, dan adik-adik kelas yang hadir. Terakhir, aku memeluknya, begitupun ia memelukku balik. Tentunya dengan derai air mata.

Karena kami sadar, tidak akan ada lagi pertemuan kami yang hampir setiap hari, tidak ada lagi acara menginap kapan saja jika mau, tidak ada acara cerita-cerita tidak penting hingga jam 4 pagi, tidak ada lagi aku ataupun ia menangis karena seorang wanita (sebenernya aku yang sering nangis, kenapa? baca cerita-cerita lama di blog ini), tidak ada lagi main Playstation kapanpun kami mau, tidak ada lagi pulang sekolah bareng, tidak ada lagi safari mie ayam, tidak ada lagi debat tak penting, tidak ada lagi jalan-jalan, tidak ada lagi berpetualang bersama, tidak ada lagi semuanya, adapun semua akan berbeda rasanya.

Hari itu aku sadar, bahwa ia lah yang menjadi saksi kehidupan diluar keluargaku. Ia yang selalu bersama ku semenjak belum hapal perkalian dan pembagian, yang melewati masa-masa sulit dalam mencari jati diri, yang menemaniku bahkan ketika aku benar-benar terpuruk di dalam jurang yang sangat dalam, yang selalu mengulurkan tangannya ketika aku membutuhkan bantuan.

Orang selalu berpendapat bahwa kami kembar ataupun homo kami selalu berdua. Terhindar dari celaan itu, secara tak langsung orang-orang mengatakan bahwa kami selalu berjuang bersama, menempuh jalan bersama dan menderita bersama.

Ia selalu bersamaku, dikala terang maupun gelap, dikala panas maupun dingin.

Namun dunia selalu berputar, kami sampai di titik dimana kami harus mencabangkan jalan kami. Penyesalan, Perkelahian, Perdebatan, Penghinaan yang selalu didasarkan oleh sifat egois kerap terjadi selama 1 tahun belakangan ini.

Awalnya dikarenakan ia tidak memilih untuk melanjutkan pendidikan walapun sudah diterima di SBMPTN. Alasan Ekonomi. Tentu aku marah, aku bilang banyak beasiswa diluar sana, tuhan pasti membantu perjalanannya, dan jika memang benar-benar tak bisa, akulah yang membantu membiayainya. namun ia tak bergeming dengan keputusannya yang kemudian hari ia sesalkan dengan sangat. ia kemudian bertekad bahwa tahun itu ia akan bekerja sambil belajar sebagai persiapan nya ditahun depan. dikala itu kami damai. Walaupun terkadang disaat ia mulai goyah aku memarahinya. Begitupun dengan wanita yang selalu disampingnya, ia sangat mendukung sahabatku untuk melanjutkan pendidikan tinggi. Sahabatku tes lagi, SBMPTN untuk tahun ini.

Halilintar, beberapa hari setelah lebaran tahun ini wanita itu mengabarkan bahwa sahabatku telah merantau ke luar pulau secara diam-diam untuk bekerja dan membatalkan studinya. Aku terlambat pulang untuk mencegahnya. Wanita itu nangis dan menyesal tak dapat menahannya pergi.Ia terus menyesal pada dirinya hingga kini. Aku dan wanita itu kemudian menghubungi sahabatku mengenai alasan ini semua, yang ternyata berujung banyak penghinaaan dalam debat yang sangat tak pantas isinya. Sejak saat itu aku baik wanita itu tidak pernah berhubungan lagi dengan sahabatku. Setiap diri kami menanggap bahwa masing-masing telah berubah, tak layaknya sahabat lagi melainkan ambisi yang menguasai.

Sebulan lebih berlalu, aku dan sahabatku mulai mengontak satu sama lain, tentunya dengan suasana canggung. ia kemudian mengaku kangen dengan wanita itu, dan mengajakku untuk menjumpainya akhir tahun ini, masih terasa canggung  hingga akhirnya diakhiri dengan sebuah quote oleh Spongebob dan Patrick. .


Simpel, namun penuh makna. Dewasa, mau tak mau kami harus menjalani nya saat ini. Karena masing-masing perjalanan kami saat ini sama-sama untuk mencari asa dari pertanggungjawaban atas diri sendiri. . Saat ini jalan kami berbeda, kami memilih cabang yang berlawanan. Namun aku yakin dia akan selalu menjadi sahabatku, yang aku yakin ia rela pergi ketempatku saat ini juga jika aku membutuhkannya, begitupun aku. Jalan kami berbeda saat ini, namun aku yakin kami akan kembali satu jalan, beriringan kembali layaknya masa yang telah panjang kami lalui. yang telah menjadi saksi hidup satu sama lain.

2047,8 KM, 48 Jam perjalan Mobil non-stop, 2 kali transit pesawat. Lebih besar dari itupun, aku dan dia tetaplah seorang sahabat. Hidup dan Mati.


-FIN-

Time flies so fast..


Sudah 2 tahun lebih ternyata, sejak terakhir kali aku menulis blog ini..
Diantara 2 tahun itu? banyak sekali hal yang sudah berubah, ya seperti dulu aku yang masih menjadi seorang siswa dengan seragam putih abu-abu yang setiap jam 7 pagi kudu buru-buru pergi ke sekolah, sekarang sudah menjadi mahasiswa kedokteran yang tiap minggu begadang cari jurnal buat bahan bacaan diskusi (sebenernya buat ngisi LTM, hehe).

Yahh, sedikit intermezzo sebelum menulis kembali disela-sela kesibukan ini (padahal lagi libur semester...), aku akan menceritakan dulu kenapa kembali menulis blog ini setelah vakum yang begitu lama. Begitu lama hingga postingan awalku setelah vakum yang lama ini berjudul TIME FLIES SO FAST..

Jadi, waktu kemaren aku kelar ujian blok yang terakhir, penulis (baca: aku) ga ada kerjaan sehingga dia mulai membaca lagi novel-novel yang ada di lemari bukunya yang berantakan. Nah, pas baca novel-novel itu, hasrat ingin menulis mulai muncul kembali setelah sekian lama, hahah. (FYI cita-cita kedua setelah dokter adalah penulis). Gak lama kemudian, otak atik laptop akhirnya buka ini blog deh, baca cerita-cerita lama yang aku buat dulu, yang dari aku tulis pas masih jadi anak SMP bebal yang sering dimarahin emak karena sering kabur ke warnet  sampai tulisan terakhirku yang ditulis ketika galau-galaunya di akhir masa putih abu-abu. Setelah membaca manuskrip-manuskrip tua itu, hasrat menulis ini semakin BERGEJOLAK!!

Tapi.... saat itu masih belum menulis hehe, masih berupa hasrat saja.  Hmm, jadi kapan sebenernya aku memutuskan untuk menulis kembali? yaitu ketika aku balik ke Jakarta untuk ber-idul fitri alias berlebaran. Ketika itu, aku diajak beberapa teman untuk nobar Piala Dunia. Dijanjikan untuk bertemu di McDonald Plaza Festival pukul 21.00
Jadi, berangkatlah aku sesuai jadwal yang sudah diatur. nah, disaat perjalananku menuju lokasi, aku melewati kawasan elit Sudirman, dimana tempat gedung-gedung pencakar langit saling berlomba untuk memperlihatkan kelihaian arsitek yang mendesain mereka. alih-alih, malam itu begitu sepi karena kebanyakan rakyat Jakarta yang sering bikin macet karena gak mau naik angkutan umum pada balik ke kampungnya masing-masing. Membuat jalanan begitu sepi, dan kesepian jakarta itulah yang membuatku mulai menyadari banyak hal, ya banyak hal.
Padahal sedari kecil aku selalu melewati daerah ini, tapi baru malam itu aku mulai merasakan bahwa dunia sudah sangat berubah dengan cepat. Banyak hal itulah yang membuatku menulis lagi.

Aku menyadari bahwa, bukan hanya tempat ini, tapi diriku sendiri dalam melihat dunia, yang diwakilkan oleh tempat ini pada malam itu , sudah banyak berubah. Dari segi apapun.
Dulu ketika masih kecil, aku melihat gedung-gedung ini sebagai bangunan yang keren, yang dibangun dengan mudah seperti mainan lego yang sering kubuat, bahkan saat itu aku berkata aku akan membangun geduang ketika sudah besar nanti. Beranjak remaja, aku mulai melihat bahwa gedung-gedung ini adalah bangunan tempat orang-orang yang sukses, yang memakai kemeja berdasi dan pulang pergi naik mobil, aku ingin tinggal di Jakarta ketika sudah besar nanti pikirku, ingin sekali.
Kini? aku melihat bahwa gedung-gedung, pembangunan MRT, jalan layang dan sebagainya adalah sebuah percepatan pembangunan yang tidak mungkin akan melibatkanku didalamnya. Aku hanya dapat melihat keindahannya, melihat berbagai nama dan merk perusahaan yang terpampang besar-besar di atas gedung-gedung itu sebagai suatu keindahan yang hanya dapat dilihat. karena DOKTER tak akan bekerja di gedung-gedung indah itu cetusku. Haha.

Tertawa sedikit karena mencetuskan pikiran bahwa dokter tak akan bekerja di gedung-gedung itu. Aku seperti menusuk diriku sendiri karena sadar bahwa aku telah banyak membunuh impian-impian dan harapan masa kecilku, aku juga sering melakukan beberapa hal yang pasti diriku di masa kecil dulu kecewa melihatku yang sekarang.

Waktu, ternyata memang berjalan begitu cepat sehingga dalam 10 tahun bisa merubah kepolosan seorang anak yang selalu memutar globe dan membolakbalikkan atlas untuk menghapal nama-nama negara dan ibukotanya menjadi seorang yang hanya berpikir bagaimana ia bisa menikmati hidup dengan egonya yang tak terbendung. Bagaimana dengan 10 tahun kemudian? Perubahan apalagi yang waktu akan lakukan padaku.

Rasanya sedih, ketika kau tau bahwa kau tak bisa kembali dan harus maju terus demi menyelamatkan dirimu sendiri. Sedih ketika kau mulai menyadari bahwa kau adalah seorang dewasa yang harus bertanggungjawab dan memiliki beban atas dirimu sendiri. Sedih ketika kau menyadari bahwa setiap langkah yang akan kau buat akan menentukan bagaimana dirimu kedepannya. Sedih ketika kau menyadari bahwa kau bukanlah seorang anak kecil lagi yang bisa memiliki dunia dalam genggaman jari yang selalu memiliki impian besar disetiapnya.

TIME FLIES SO FAST...

Dari  tulisan gak guna karena banyak menyadari hal-hal yang tak perlu, aku hanya berharap sejauh apapun waktu akan merubahku, akar batang pola pikirku tak akan terubah, tak akan lekang oleh waktu. aku berharap walaupun sifatku, fisikku, penampilanku atau bagaimanapun aku nantinya, aku tetaplah aku, yang memiliki imajinasi besar disetiap sela sel-sel otaknya.

TIME FLIES SO FAST..

Yah, selain itu aku juga menyadari bahwa orang datang dan pergi. Orang-orang yang dulu bersamaku, yang selalu menemani hari-hariku dikala itu sudah bercerai berai kesegala arah.
Aku berjalan kearahku sendiri begitupun mereka. Hanya kembali dan berkumpul kerumah ketika sudah saatnya beristirahat sejenak dari perjalan tadi.
Aku menyadari bahwa aku sudah bertemu dengan banyak orang, sangat banyak orang. Dengan berbagai sifat, karakter, penampilan, fisik dan hal-hal lainnya yang tentunya sangat  berbeda-beda. Bertemu banyak orang itulah yang membuatku banyak memahami bagaimana cara berkomunikasi dengan tiap-tiap orang, aku menyadari bahwa semua orang berbeda walau kadang aku yang keparat ini tak mau memahaminya. Selain itu, waktu ke waktu aku menyadari bahwa aku adalah orang yang bagaimana dari lingkungan pertemananku. Aku menyadari bahwa mereka secara tak langsung membantu waktu dalam membentuk diriku yang sekarang. Dulu ketika kecil aku orang yang pendiam, yang kata emak ketika aku kecil berada dirumah nenek aku hanya berani melihat keluar dengan mengintip di daun pintu. Sekarang justru sangat berkebalikan dengan aku kecil dulu, entah apa yang terjadi hingga aku menjadi seperti sekarang, begitu cepat hingga aku tak menyadari mengapa aku bisa berkebalikan dari aku kecil. sedikit menduga karena pertemanan tadilah yang membuatku begini.

TIME FLIES SO FAST...
Aku berharap, aku tetaplah menjadi aku, yang selalu mencoba memahami walau sering egois diri. yang selalu menghargai pertemanan walau suka seenaknya sendiri.
Aku berharap aku tetaplah menjadi aku walau sekejam apa perubahan yang dibuat waktu.


-FIN-