Aku,dirimu dan waktu

Kita tak bisa mengetahui apa yang akan terjadi ataupun merubah yang telah terjadi . Seperti misalnya ketika kamu dimasa depan nanti, taukah kamu akan menjadi apa? dan taukah kamu bagaimana kehidupanmu disana? Apa saja yang telah terjadi padamu disana? dan yang terpenting siapa saja yang menemanimu berjalan untuk sampai disana, kita semua nggak akan dan tak mungkin akan tau, semua penuh tanda tanya .
Kemudian, disaat kamu melihat foto dirimu yang masih kecil ataupun melihat message-message lama mu di facebook . Bisakah kamu kembali ke masa itu? ke masa-masa yang sangat kamu rindukan .
Hari pertamamu sekolah, mendapat nilai seratus, dimarahi karena berbuat salah, menantikan adikmu lahir, punya handphone baru, mulai menjalin cinta monyet dengan seorang cowok, menjadi alay, dan banyak sekali yang mungkin dapat kamu kenang .

Sekilas, mungkin kamu ingin sekali kembali ke masa-masa itu, ingin memperbaiki apa yang telah kamu perbuat ataupun hanya ingin merasakan kembali bagaimana suasana dihari itu.
Tapi . . .
itu semua tak akan pernah terulang kembali ataupun terjadi dikemudian hari. yang kamu bisa lakukan hanya bisa mengenangnya, menyesalinya ataupun mensyukurinya .

WAKTU
hanya terdiri dari 5 kata tetapi penuh makna . Waktu bisa merubah semuanya, dan terkadang waktu juga bisa menghancurkan semuanya, tetapi, waktu pasti juga bisa memperbaiki semua itu . dan juga Waktu tak dapat dihentikan seperti yang lainnya, waktu akan terus berjalan maju tanpa memperdulikan apapun.

Aku, dirimu dan waktu .
telah terjadi banyak sekali diantara kita selama ini . Memikirkan nya bisa membuatku menangis sekaligus tertawa secara bersamaan .
Aku dan kamu tidak akan pernah bertemu dan saling mengenal jika tanpa bantuan waktu .

Ingatkah kamu bagaimana cara kita bisa saling kenal? mungkin kamu tidak ingat, tapi aku ingat persis saat itu .
Hari itu, aku meminta blackberry messenger ku di promote oleh temanku, lain seperti biasa nya.  entah mengapa hari itu aku meminta di promote . kemudian tak lama kemudian sesudah itu, ketika aku melihat layar smartphone yang berbunyi, aku melihat namamu tertera di kolom invite blackberry messenger .
Saat itu namamu tidak terdengar asing bagiku sehingga aku pun menerima undangan blackberry messenger-mu .
Keesokan hari nya, kamu membuat personal message "Happy Birthday Indah Ba(r)bie"
aku yang membaca nya pun langsung mengomentari hal tersebut .

***** ******* *****
[Kenapa nulisnya r nya didalam kurung? nanti orang bacanya rancu lo, nanti malah dibaca yang diluar kurung nya aja, jadinya Indah Babie hahaha]

[Nggak papa bang, sekali-sekali, biar aja lah orang baca nya rancu :D]

[Lah kok manggil bang? emang kenal ya? hahaha]

[haha, nggak kenal sih, cuman tau aja kalau bang itu udah sma]

[Oh gitu, emang tau darimana? :v]

[Haha, nggak tau darimana, pokoknya ** tau :v]

***** ******* *****

Sejak saat itu kita jadi sering chat, menanyakan kabar masing-masing, dan saat aku meminta nomormu kamu pun tanpa menanyakan unuk apa, langsung saja memberikan nomormu untukku .
Aku yang baru sudah patah hati beberapa minggu sebelumnya pun merasakan bahwa sepertinya aku punya rasa padamu dan kamu juga sebaliknya .
Aku pun saat itu berencana untuk nembak kamu tanggal 27, ya tanggal ulang tahunku, 27 Maret, saat itu aku ingat sekali kalau 27 Maret itu adalah hari Jum'at dan karena pulang cepat aku rencanya pengen ngajak kamu pulang sekolah bareng dan makan di suatu cafe, kemudian nembak kamu . tetapi ternyata 3 hari sebelum hari itu tiba aku benar-benar terkejut dengan apa yang kamu katakan .

***** ******* *****
[Bang. pacar bang nggak marah apa kalau bang chat sama ** terus? :v]

[Nggak kok, bang udah putus sekitar 1 bulan yang lalu, jadi nggak ada yang marah kok sama *** :3]

[Oh gituu, ** kira bg punya pacar :v]

[haha, nggak kok, kalau *** gimana? pasti punya pacar iya kan? :p]

[Haha iya bang :v]

[Emang siapa? :v]

[Namanya **** **** adek kelas abang dulu, bg kenal kan? :3]

[Iya kenal, sejak kapan kalian jadian?]

[Tanggal ** kemaren bg hehe]

[Oh, bg doain semoga langgeng ya :)]

[Iya bang makasih :D]

[Jadi bg nggak boleh chat sama *** lagi donk? nanti si **** marah kan?]

[Bg, besok ya ** balas, ** lagi bikin pr]

[Eh iya, oke]
***** ******* *****
Aku yang awalnya mengira kamu nanyain pacar aku marah apa enggak karena pengen ngetes aku serius atau enggak ke kamu sontak kaget ketika aku tanya balik ke kamu, pertama, aku kira kamu cuma becanda, karena nggak ada tanda apa-apa bahwa kamu punya pacar, status mu 'ada', kamu selalu balas sms aku, kamu juga selalu nanya balik aku, dan aku tanya ke teman-teman mu, mereka bilang kamu jomblo . jadi apa aku salah saat itu aku mendekatimu dan meyukaimu? apa aku salah? atau malah kamu yang salah? tidak ! kita berdua tidak bersalah, hanya saja WAKTU nya yang kurang tepat atau mungkin takdir kita belum sampai pada WAKTU nya .

kalau diingat lagi, awalnya aku tidak mengenalmu kan? entah mengapa aku yang biasanya tidak ingin berinteraksi dengan orang yang tidak kukenal, tapi entah kenapa WAKTU itu aku ingin saja mengomentari personal message mu dan membuat kita saling kenal . dan juga aku yakin ini pasti takdir, karena kalau bukan takdir, aku bisa saja bersikap apatis padamu saat itu, atau aku tidak sempat melihat recent updates atau malah kamu tidak pernah mengundang blackberry messenger ku sehingga kita tak pernah saling kenal .

tetapi yang terpenting, seandainya saat itu WAKTU tidak menjemput nenek mantanku sehingga dia harus pindah ke Jambi, apa aku harus mengenalmu? kamu dan semua orang tau kalau aku putus karena mantanku  harus pindah ke Jambi . tapi seandainya WAKTU berbaik hati dan membiarkan nenek nya untuk hidup lebih lama, pasti mantanku masih ada disini dan kami mungkin saja masih pacaran, dan apa? haruskah aku mendekatimu? haruskah aku repot-repot mencari informasi tentang dirimu? aku rasa tidak, untuk apa? aku punya pacar dan mengapa harus jatuh hati padamu.

Tapi kenyataanya, WAKTU membuat segalanya menjadi sangat rumit, aku bertemu denganmu disaat aku patah hati, dan kamu pun menerimaku saat itu, kamu membuatku nyaman, kamu membuatku mengira bahwa kamu lah pelabuhanku saat itu. tapi ternyata semua itu salah? aku berlabuh di orang yang salah, tetapi entah mengapa aku masih saja mencintaimu, kamu dengan santai mungkin bisa bilang "Carilah cewek yang lain masih banyak yang lebih cantik, lebih pintar, dan lebih segalanya . mengapa harus aku, aku sudah punya pacar, dan aku sayang dia"
dan kamu juga mungkin akan bertanya, mengapa aku seperti ini, mengapa aku begitu mencintaimu, padahal masih banyak yang lain .
ketahuilah, kamu bilang ini semua keinginanku? untuk mencintaimu? tidak, aku tidak pernah menginginkan ini, aku tidak pernah menginginkan setiap hari sejak saat itu untuk mencintai dirimu yang ternyata lebih mencintai orang lain. aku tidak ingin sejak hari itu ketika aku melihatmu, hati ini terasa perih, sangat perih ketika mengingat senyum mu bukan milikku. 

Mungkin kebanyakan orang bilang "Cinta tak harus memiliki" . asal kamu tau, itu adalah omong kosong ! cinta adalah salah satu anugrah yang diberikan Allah swt kepada setiap manusia didunia ini, cinta membuat semua orang merasa damai dan bahagia. tetapi, cinta juga memiliki efek samping, manusia tak dapat mengontrolnya, manusia juga tak dapat memilih siapa yang akan dia beri cinta nya itu, dan yang terpenting manusia tidak bisa melawan cinta itu sendiri, manusia hanya bisa menyembunyikan nya. kita tidak bisa menentang ataupun mencegah apapun yang akan terjadi, karena semua nya pasti akan datang jika memang sudah WAKTU nya.

potongan lirik lagu Zedd - Clarity ini sepertinya bisa menjelaskan apa yang ingin ku jelaskan padamu .

'Cause you are the piece of me I wish I didn't need
Chasing relentlessly, still fight and I don't know why

If our love is tragedy, why are you my remedy?
If our love's insanity, why are you my clarity?

Ya aku tak tau mengapa, meskipun aku tau kamu tak mencintaiku, entah mengapa aku masih terus mengejarmu, saat aku melihatmu memang terasa perih, tapi entah mengapa saat aku tidak melihatmu ternyata lebih perih . berkali-kali aku mencoba untuk melupakanmu, tetapi ketika aku semakin mencoba melupakanmu, yang terjadi malah sebaliknya, aku semakin mengingatmu.

hari demi hari pun berlalu, aku sepertinya mulai melupakanmu, tetapi ternyata WAKTU mempertemukan kita kembali.
MOPDB adalah event dimana kita bertemu kembali, aku tak menyangka kita akan bertemu, dihari terakhir pula .
Saat itu semua siswa baru sedang berbaris untuk melaksanakan upacara penutupan MOPDB, aku melihatmu berbaris didepan sekali mengenakan jilbab hitam, baju putih dan celana training hitam, mukamu memerah saat itu mungkin efek karena dijemur terus sepanjang hari. Aku memerhatikanmu terus saat itu, sampai akhirnya waktu bersalaman tiba, satu persatu siswa baru bersalaman dengan senior, dan tibalah giliran aku yang bersalaman denganmu .
dan saat aku bersalaman denganmu, saat kamu meyapaku, serasa tubuhku ini dialiri listrik, awalnya aku sama sekali tak percaya dengan yang namanya Chemistry, tapi sejak saat itu aku benar-benar percaya bahwa Chemistry itu memang ada.
Malamnya, aku mencoba mengirim mu message .

***** ******* *****
[Gimana tadi MOPDB nya?]

[Seru bang ! apalagi pas main pipa paralon, jadi basah-basah hahaha]

[Haha, iya itu emang seru. Oh ya, pas kalian baris tadi, terus kakak senior pada marah-marah, sebenarnya bang mau marahin *** lo, pengen gertak dan ngeliat reaksi ***, tapi nggak jadi nanti takutnya *** malah nangis :b]

[Enak aja, ** nggak cengeng, lagian ** udah biasa sama yang kayak gitu, ** di SMP kan dulu OSIS juga :v]

[Ah, ngomong doank, paling kalau digertak juga takut :v]

***** ******* *****
Sejak malam itu, kita dekat kembali, ditambah lagi kita berada di ekskul yang sama yaitu Marching Band . dan saat itu aku bisa melihat mu setiap hari karena saat itu sedang persiapan untuk hari kemerdekaan . aku benar-benar bahagia, sampai-sampai karena saat itu aku chat denganmu setiap malam, aku berencana merebutmu dari pacarmu, aku meminta bantuan teman-temanmu, kakak dan abang angkatmu. tetapi ternyata rencana nya bocor gara-gara salah seorang temanku, tersebarlah gossip, aku tak tau apa isi gossip itu tepatnya, tetapi yang pasti itu membuatmu tidak nyaman, dan perlahan WAKTU membuatmu perlahan membenciku, aku tak tau harus bagaimana, dan rencanaku pun semakin hancur, dan bagian terburuknya bukan hanya rencananya saja yang hancur, bahkan hatiku pun juga ketika melihatmu pada malam 22 Agustus pada acara Sungai Penuh EXPO, diantara keramaian orang yang sangat padat, entah mengapa terlihat saja kamu bersama cowokmu sedang berfoto bersamamu. aku tersenyum saat itu, iya tersenyum pahit, hatiku terasa perih, dan mulai saat itu aku minta kejelasan darimu melalui temanku Adji . Adji pun chat denganmu lewat LINE. tetapi ternyata dirimu sangat mengecewakan.

***** ******** *****
\
[**, bg sulthan suka sama **]

[Tapi ** nggak suka bg]

[Iya ** ngomong langsung biar jelas **, tapi dia respect kok sama **]

[Gimana cara bilang nya tu bg :3]

[Nggak usah bilang sama dia, chat biasa aja, dia abang ** tu :D]

[Iya tapi nggak enak juga kan bg, ** lah ada pacar, sampai kapan? :3]

[Nggak tau juga bang nggak **, itu tergantung kalian :v]

[Kalian? -_-]

[Kalian itu sulthan dan ** chat maksud bang -_-]

[Jadi gimana solusinya bang?]

***** ******* *****

melihat chat itu, aku putus asa, semuanya hancur! aku pun akhirnya mengambil keputusan terberat, yaitu MENGIKHLASKANMU . sangat pedih dan menusuk pada awalnya, tapi selalu aku tanamkan didalam otak ku, bahwa aku melakukan hal yang benar. aku menyuruh Adji untuk menghentikan abangadek-zone kita, itu benar-benar tidak berguna . dan sejak saat itu aku tak pernah chatting lagi denganmu, sejak saat itu aku hampa, apalagi setelah aku mendengar gossip bahwa kamu bilang Kalau kamu nggak balas message dari aku, aku langsung telepon kamu. padahal, kenyataanya aku tak pernah melakukan itu, bahkan nge-PING!!! saja aku tak pernah terhadapmu .

Kamu tau? aku benar-benar kecewa saat itu, aku ditinggalkan oleh orang yang sangat aku cintai, aku dikhianati oleh temanku, dan harga diriku menjadi rendah dihadapan semua orang karena sungguh memalukan nya aku, untuk memohon merebut pacar orang .
Sejak saat itu, yang bisa kupercaya hanya 2 sahabat terbaikku saja, Adji dan Gunawan . selebihnya sampah, mereka hanya bisa menyebar gossip .
Aku mulai menulis blog ku kembali setelah 2 tahun berdebu, aku mulai mencurahkan segala isi hatiku disini.
Sejak saat itu pun, aku mencoba lebih dewasa, menjadi lebih tenang, mencoba pura-pura bahagia. Pernah suatu saat aku keluar dari sanggar seni, tetapi karena terlalu rindu kamu, aku kembali ke sanggar, ketika aku tersadar bahwa berada di sanggar seni sama sekali tak memberi dampak baik bagiku, aku akhirnya benar-benar keluar, sejak saat itu aku hanya bisa melihatmu dari jauh, melihatmu bahagia dengan semua yang kamu punya. terkadang bodoh memang, mengapa aku bisa jatuh cinta padamu, tidak, aku bukan jatuh cinta, tetapi aku jatuh hati .
Jatuh hati padamu sangat menyakitkan dan membuatku selalu tenggelam akan kesedihan. Banyak orang lain yang menyuruh aku untuk berhenti, aku mau saja mengikuti kata mereka, tetapi ternyata aku tidak bisa. dan juga banyak sekali cewek yang mungkin mencintaiku, aku mencoba menerima mereka, tetapi entah mengapa saat aku bertemu denganmu di persimpangan jalan, aku tersadar bahwa hanya kamu yang kucintai, bukan yang lain .
Pernah suatu hari, ada yang menyampaikan padaku bahwa aku dikira orang nggak laku karena terus mengejar-ngejarmu. aku hanya tersenyum kemudian langsung mencari mangsa, aku merebutnya dari pacarnya, setelah 1 bulan aku putuskan dia. sampai sekarang dia terus mengharapkanku, kamu juga pasti tau siapa orangnya, tetapi ketahuilah aku tak mencintainya, aku berpacaran denganya hanya untuk menepis gossip bahwa aku nggak laku. terkesan aku adalah orang yang sangat jahat, memberi harapan palsu pada seorang cewek yang benar-benar sayang padaku. Tapi . . . . tidakkah kamu juga begitu? aku hanya melakukan apa yang kamu lakukan dulu padaku, jadi jika kamu bilang aku jahat, secara tak langsung kamu bilang dirimu sendiri .

Aku hanya ingin kamu tau saat ini.
Bahwa aku benar-benar berterimakasih padamu .

Jika WAKTU  secara ajaib memberi kesempatan untuk kembali ke masa dimana aku harus menerima undangan blackberry messenger mu atau tidak, aku akan tetap menerimanya. aku akan tetap akan memilih untuk mencintaimu kembali, untuk dirimu tau, selama ini aku tak pernah menyesal karena mencintaimu, sakit rasanya, tapi sepadan dengan kebahagian ketika aku melihat senyum mu.

Sekali lagi, aku tak pernah menyesal, aku malah bersyukur bisa mengenal dan mencintaimu .
Tanpamu, mungkin aku tidak menjadi Sulthan yang sekarang, yang lebih dewasa, lebih tenang, lebih bisa membaca keadaan, lebih mandiri, lebih berani, dan yang pastinya aku sangat berterimakasih karena sejak aku mengenalmu, kamu secara tidak langsung menjadi inspirasiku, menulis kembali blog ini . ini semua karenamu, coba bayangkan WAKTU tidak mempertemukan kita saat itu, apa jadinya aku sekarang? mungkin aku tidak akan menjadi seperti sekarang ini .

Sebelum aku tutup kisah ini, terlebih dahulu aku ingin minta maaf denganmu karena masih membuat cerita tentangmu, padahal aku sudah berjanji untuk tidak membuatnya lagi, maafkan aku, karena tanpamu sebagai inspirasiku, otak ku buntu akan kreativitas .

WAKTU yang telah kita tempuh mungkin sudah terlalu jauh, dan pastinya akan sulit untuk mengembalikan keadaan seperti semula, jadi biarkanlah WAKTU yang memperbaiki itu semua secara perlahan.

Oh ya, aku juga ingin mengutip suatu kutipan ;

"Aku, dirimu, dan waktu . Dari pasangan-pasangan dimasa lampau, baik yang bahagia, maupun yang tidak, yang sekarang hanya tersisa sebagai catatan, kenangan, atau sejarah dan tulang belulang. dan suatu saat kita berdua juga akan bersatu bersama beribu pasangan lainnya, baik yang kita kenal, maupun yang asing, semuanya berkumpul, menjadi individu dilain waktu" -Prima Mothu


Baiklah, sampai disini saja ceritaku padamu, terimakasih jika kamu mau membacanya . And last but not least, aku ingin bilang, aku masih menepati janjiku, aku masih menunggumu sampai mungkin WAKTU akan menyatukan kita.

*FIN*

3 tahun untuk selamanya [Part 8]

Chika Meninggal

Chika masuk rumah sakit untuk kesekian kalinya sejak ia divonis dokter terkena penyakit jantung seperti Papanya. Ia harus masuk ICU. Keadaanya sangat kritis. Dirga dan Mamanya sangat khawatir dengan keadaan Chika sekarang. Lama dokter di dalam ruang ICU. Segala macam alat bantu medis dipasangkan pada tubuh mungil Chika. Kini Chika tengah berada di antara hidup dan mati.
Lama menunggu, akhirnya dokter keluar juga dari ruang ICU. Dirga dan Bu Sinta segera menghampiri dokter tersebut.

“Bagaimana keadaan adik saya?”                                                   
“Alhamdulillah. Ia berhasil melewati masa kritisnya. Sekarang ia bisa dipindahkan ke ruang rawat.” ucap dokter kepercayaan keluarga Dirga yang sudah biasa menangani Chika.
“Lakukan yang terbaik untuk anak saya! Kalau perlu impor saja alat medisnya.”
“Untuk saat ini peralatan yang ada disini sudah cukup membuat keadaan Chika lebih baik.”
“Boleh kami lihat Chika sekarang?” tanya Dirga.
“Tentu saja. Tapi harap tenang. Chika sudah kami beri obat penenang. Jadi untuk malam ini dia akan tidur dengan nyenyak.”
“Baik, Dok!”
“Saya permisi dahulu! Masih banyak pasien yang harus saya tangani.”
“Terima kasih banyak, Dok!”
“Sudah kewajiban seorang dokter.”
Semalaman Dirga tak tidur menunggui Chika. Mamanya sendiri tak mampu melepas rasa penat. Ia tertidur lelap di atas sofa yang tak jauh dari tempat tidur Chika. Paginya Bu Sinta bangun dengan keadaan lebih baik. Sementara ia melihat anak sulungnya, Dirga terlihat sangat kurang istirahat. Karna semalam begadang menunggui Chika. Matanya berkantung dan merah.
“Semalaman kamu enggak tidur?” tanya Bu Sinta.
“Kalo aku tidur, kasian Chika enggak ada yang nungguin.”
“Tapi kamu juga butuh istirahat. Hari ini biar Mama aja yang nungguin Chika. Kamu istirahat aja di rumah. Enggak usah sekolah,” saran Mamanya. “Tolong! Untuk kali ini aja kamu turuti Mama. Kalo kamu kurang istirahat, kamu akan sakit dan enggak bisa lagi jagain Chika. Nurut sama Mama, ya?”
Benar juga kata Mamanya.
“Ya udah. Aku pulang! Nanti sore, aku kesini lagi. Mama juga jaga kesehatan, ya? Kabarin aku kalo ada apa-apa sama Chika!”
Sejuk rasanya hati Bu Sinta ketika mendengar bahwa Dirga memperhatikan kesehatannya. Pertama kali seumur hidup ia mendengar Dirga mengucapkan kalimat tersebut. Rasanya kalimat itu akan selalu terngiang dalam telinga Bu Sinta. Ia tak akan melupakan hal itu. Dan ia berharap Dirga akan mengucapkan kata itu kepadanya setiap hari.
“Oh, iya, Sayang!”
Kabar ini pun sampai ke telinga Kartika. Ia amat terkejut mendengar kabar ini. Aku harus jenguk Chika. Sepulang sekolah, Kartika segera menuju rumah sakit tempat dimana Chika dirawat. Tak lupa, di jalan ia membeli makanan untuk Chika.
“Selamat siang, adik Kakak yang manis!” sapa Kartika ketika memasuki ruang inap Chika.
“Kak Kartika? Kakak kok baru kesini? Chika kangen banget sama Kakak.”
“Kakak juga kangen banget sama kamu. Ini ada buah buat kamu! Kakak tahu gimana enggak enaknya makanan di rumah sakit.”
“Makasih ya, Kak. Jadi ngerepotin.”
“Enggak apa-apa, kok. Hari ini kamu enggak ada yang jagain?”
“Ada, kok. Hari ini Mama yang seharian jagain Chika. Tapi sekarang lagi keluar.”
“Kakak kupasin buahnya, ya? Kamu mau apa?”
“Apel aja.”
Tak lama kemudian datanglah Bu Sinta.
“Selamat siang, Bu!”
“Siang! Makasih kamu udah mau jenguk Chika.”
“Sama-sama, Bu! Ibu keliatan kurang istirahat dan agak lemes. Biar Kartika aja yang ganti jagain Chika, ya?”
“Enggak usah. Bentar lagi juga Dirga akan kesini. Saya baru akan pulang setelah Dirga dateng.”
Sekitar tiga puluh menit kemudian datanglah Dirga. Penampilannya terlihat lebih fresh dari tadi pagi.
“Ika, Ngapain lo disini?”
“Mau ujian. Ya, mau nengok Chika, lah.”
“Mama masih disini? Kenapa enggak pulang?”
“Mama nunguin kamu. Sekarang juga Mama mau pulang.”
“Pulang bareng Kartika, ya?” usul Dirga.
“Lo ngusir gue?
“Nengok enggak perlu lama-lama, kan?”
“Chikanya juga enggak mempermasalahkan. Kenapa lo yang sewot?”
“Sekarang waktunya Chika istirahat.”
“Bener apa kata Dirga. Sebaiknya kamu ikut pulang dengan saya. Nanti saya antarkan sampai rumah. Biar kakak kamu enggak khawatir.”
“Baiklah. Kakak pulang dulu, ya! Sampai ketemu besok.”
Walau hati kesal dan masih rindu pada Chika, Kartika memutuskan untuk pulang bersama Bu Sinta. Sesuai janjinya Bu Sinta mengantarkan Kartika pulang sampai ke depan rumahnya. Namun tak mampir dahulu. Rasanya Bu Sinta harus cepat-cepat istirahat. Untuk mengembalikan kebugaran jasmaninya.
Kartika tak lupa akan janjinya. Keesokan hari ia kembali menjenguk Chika. Ia menolak ketika ketiga temannya mengajaknya untuk shopping di mall. Menurutnya, menjenguk orang sakit lebih baik daripada harus menghambur-hamburkan uang dengan percuma di mall. Namun bukan dengan alasan itu ia menolak. Jika alasan menjenguk Chika, ia takut menyakiti perasaan Hima. Ia takut Hima salah paham lagi terhadap dirinya. Mungkin ia takut Hima berpikir bahwa ia bukan bermaksud menjenguk Chika melainkan mencari perhatian Dirga.
“Maaf, ya! Kali ini gue enggak bisa ikut. Kakak gue lagi sakit. Dia mau gue temenin. Enggak apa-apa, kan?”
“Iya. Enggak apa-apa, kok.” jawab Hima.
“Bilangin, kata Winda, cepet sembuh, ya!”
“Kata Milly, jangan lupa minum obat!”
“Iya. Sekali lagi maaf, ya!”
Kartika pun pergi tergesa-gesa meninggalkan ketiga temannya. Maaf. Aku harus bohong sama kalian.
“Bukannya tadi pagi dia dianterin Kakaknya, ya? Kok jadi tiba-tiba sakit?” ucap Winda.
“Apa dia lagi ngumpetin sesuatu dari kita?” tambah Milly.
“Udah. Jangan berburuk sangka sama temen sendiri. Enggak baik.” relai Hima. “Ayo kita cabut! Katanya mau shopping? Gue dengar lagi ada sale besar-besaran.”
“Masak, sih? Kalo gitu gue mau belanja banyak.” ucap Milly.
Ketiganya pun segera masuk ke dalam mobil Milly. Mobilnya pun segera melaju kencang meninggalkan sekolah. Sesampainya di mall yang biasa mereka datangi. Mereka segera menyerbu toko yang tengah promosi itu dengan mengadakan sale besar-besaran.
***
Sesampainya Kartika di rumah sakit. Ia melihat Dirga dengan keadaan cemas mondar-mandir di depan ruang inap Chika. Sementara Mamanya terduduk lemas di kursi panjang di depan ruang inap Chika. Wajahnya pun tak kalah cemasnya dari Dirga. Kartika segera menghampiri keduanya.
“Ada apa ini? Kenapa kalian berdua keliatan cemas gitu?”
“Chika kritis lagi.” jawab Bu Sinta.
“Kritis?” ucap Kartika setengah tak percaya. “Ya udah. Sekarang kita sama-sama berdoa aja biar Chika bisa melewati masa kritisnya.”
 Tak lama kemudian dokter keluar dari ruang inap Chika. Diperhatikan dari wajahnya, sepertinya dokter akan memberi tahu kabar buruk.
“Bagaimana keadaan anak saya, Dok?”
“Ia ingin bertemu dengan kalian.”
Bu Sinta, Dirga, dan Kartika pun segera masuk ke dalam ruang inap Chika.
Perlahan Chika melepas tabung oksigen yang menyulitkannya berbicara.
“Kenapa dibuka, Sayang? Pake lagi!” ucap Bu Sinta.
“Chika cuma ingin bilang, Mama sama Kak Dirga baikan, ya? Buat Chika. Buat Papa. Chika sayang sama Mama. Chika sayang sama Kak Dirga.”
“Iya, Sayang. Kak Dirga dan Mama akan baikan. Kak Dirga akan turuti semua keinginan kamu. Asal kamu sembuh. Kamu sembuh buat Kakak. Buat kita semua.”
“Kak Dirga juga harus baikan sama Kak Kartika. Jangan berantem lagi.”
“Iya. Kakak janji.”
Puas mendengar jawaban Dirga. Chika pun menutup matanya dan menghembuskan napas terakhirnya. Alat pendeteksi denyut nadinya pun menunjukkan Chika sudah meninggal. Ia sudah kembali ke Sang Pencipta menyusul kepergian Papanya.
“Chika? Chika bangun! Chika bangun! Jangan tinggalin Kakak. Kamu mau liat Kakak baikan sama Mama, kan? Ayo bangun!” ucap Dirga berkali-kali setengah berteriak. “Dokter, kenapa adik saya tidak mau membuka matanya?”
“Ikhlaskan kepergiannya, Mas.”
“Anda ini dokter. Kenapa anda tidak bisa mengembalikan adik saya?”
“Saya hanya seorang manusia biasa. Saya tidak bisa menghidupkan orang yang sudah meninggal. Nyawa, hanya Tuhanlah yang mengetahuinya.”
“Enggak. Ini semua enggak boleh terjadi. Chika…” teriak Dirga bergema.
Bu Sinta hanya diam terpaku. Ia masih belum mempercayai, anaknya baru saja pergi untuk selama-lamanya. Rasanya kakinya sudah tidak mampu lagi menopangnya untuk berdiri. Ia amat lemas. Kejadian sepuluh tahun yang lalu terjadi kembali. Kini anak bungsunya yang harus pergi meninggalkannya. Hatinya amat terpukul. Ia tak mampu berkata lagi. Ia pun segera pergi keluar ruang inap Chika. Dan menangis tak habisnya di depan ruang inap Chika.
Sementara Kartika hanya diam terpaku di belakang tubuh Dirga. Tak mampu lagi ia berkata. Sama seperti Bu Sinta, ia tak bisa mempercayai gadis yang baru ia kenal kurang dari satu bulan itu meninggal di hadapannya.
Dirga segera menyusul Ibunya. Diikuti oleh Kartika yang ada di belakangnya.
“Puas anda sekarang? Karna anda ayah saya meninggal. Dan sekarang karna anda juga adik saya meninggal. Kenapa anda bunuh semua orang yang sangat saya sayangi? Kenapa anda tidak membunuh saya juga? Saya benci harus dilahirkan oleh ibu macam anda. Kenapa anda harus melahirkan saya? Lebih baik saya tidak terlahir ke dunia ini daripada harus mempunyai ibu seperti anda.”
Hati Bu Sinta semakin teriris. Baru saja ia kehilangan anak keduanya. Dan sekarang ia harus dibentak oleh anak sulungnya. Bibirnya kaku. Tak dapat berkata apa-apa lagi. Dan ia pergi setengah berlari meninggalkan Dirga.
Setelah Bu Sinta pergi, Kartika menampar Dirga. Namun Dirga hanya diam saja.
“Kenapa lo diem aja? Kenapa lo enggak marahin gue? Kenapa lo enggak bentak gue juga seperti yang lo lakukan terhadap nyokap lo? Lo gila, Ga. Dia enggak ngelakuin apa-apa lo bentak sampe segitunya. Dimana hati lo?”
“Tapi dia udah bunuh bokap dan adik gue.”
“Itu semua bukan karna nyokap lo. Ini semua kehendak Tuhan. Enggak ada yang bisa nyalahin apa yang sudah Tuhan kehendaki. nyokap lo juga sangat terpukul. Dia enggak terima Chika meninggal. Dia masih shock dengan semua yang baru aja terjadi. Dan lo tambah lagi sakit hatinya? Lo anak macam apa, Ga? Baru kali ini gue liat ada anak yang berani bentak ibunya. lo enggak tahu gimana sakitnya dia waktu ngelahirin lo?”
“Tapi gue enggak pernah menginginkan dilahirkan dari ibu macam dia.”
“Lo enggak pernah tahu bagaimana sabarnya dia merawat lo sampai sebesar ini?”
“Dan dia enggak pernah ngerawat gue.”
“Tapi apa lo tahu, Ga? Meskipun dia enggak pernah selalu ada di samping lo, dia selalu perhatiin lo. Dia selalu tahu gerak-gerik lo setiap detiknya. Dia tahu apa yang lo lakuan setiap hari. Dia tahu, gue ajak lo ke Pasar Malem. Dia tahu, lo ngajarin gue basket. Dia tahu, semua yang lo lakukan selama ini. 
Dia sangat sayang sama lo. Kalo dia enggak sayang sama lo, mana mau dia kerja banting tulang buat lo selama ini? Mana mau dia melahirkan lo? Mungkin kalo dia enggak sayang sama lo, lo udah jadi gelandangan sekarang ini. Coba lo pikir! Enggak ada ibu yang enggak sayang sama anaknya. Anak adalah sebuah anugerah terindah bagi semua ibu. Cobalah kamu berpikir sampai kesana! Maafin ibu lo, ya? lo masih inget janji lo sama Chika, kan? Minimal dalam benak lo yang lo lakukan itu buat Chika. Buat bokap lo. Buat orang yang lo sayang.”
Dirga menarik tubuh Kartika dan memeluknya erat. “Gue butuh temen sekarang.”
Kartika mengerti akan perasaan Dirga sekarang ini. Ia tahu bahwa untuk saat ini Dirga sangat membutuhkan teman. Ia pun membiarkan Dirga memeluknya. Untuk sedikit membantu meringankan beban berat yang kini tengah Dirga tanggung.
Berita tentang Chika meninggal dunia sudah sampai ke telinga sekolah. Satu sekolah berkabung. Entah karena mereka merasa iba terhadap Chika. Atau mereka hanya memikirkan Dirga. Mereka takut Dirga menjadi stress.
Beberapa karyawan SMA Azka Julian menjadi perwakilan menghadiri upacara pemakaman Chika di Tempat Pemakaman Umum di daerah Jakarta Selatan. Makam Chika sengaja berdampingan bersama makam Ayahnya. Beberapa rekan bisnis Bu Sinta pun ada yang menghadiri upacara pemakaman Chika.
Seusai pemakaman Bu Sinta masih belum mempercayai bahwa kini anaknya tengah digerogoti cacing tanah. Dari semalam ia tidak mampu menahan deras air matanya yang terus-menerus menetes. Ia sangat terpukul dengan meninggalnya anak bungsunya. Juga perkataan Dirga yang tak kalah menyayat hatinya. Sesampainya di kamar, ia segera meraih fotonya bersama Chika. Ditatapinya dengan penuh kesedihan. Semakin deras saja air matanya mengalir.
“Mama…” seru seseorang dengan tergagap.
Bu Sinta pun memutar badannya. Dan berdiri berhadapan dengan orang tersebut. Orang itu segera menghampiri Bu Sinta dan bersujud dikakinya.
Dengan air mata yang terus mengalir di wajahnya, ia berkata, “Mama. Maafin Dirga! Maafkan semua perlakuan yang pernah Dirga tujukan pada Mama. Maafkan semua perkataan Dirga yang pernah menyinggung hati Mama. Dirga sangat menyesal melakukan semua itu sama Mama.”
Bu Sinta semakin tak kuasa menahan deras air matanya. Bukan tangis kesedihan, melainkan tangis kebahagiaan. Untuk pertama kali, anak sulungnya menyebutnya Mama dengan tulus. Dan untuk pertama kalinya Dirga bersujud di kakinya.
Dengan penuh kasih, Bu Sinta membangunkan Dirga. Dan dengan air mata yang terus mengalir ia berkata, “Enggak ada yang perlu dimaafin. Enggak pernah kamu buat hati Mama sakit. Enggak pernah kamu buat salah sama Mama. Mama sayang sama kamu.”
“Mama…” Dirga memeluk ibunya erat. Seperti ingin selamanya memeluk ibunya. Tak ingin melepaskannya. Ingin selalu ada di sampingnya. “Dirga sayang Mama.”
Semula hatinya yang begitu sakit, kini sembuh kembali. Bahkan lebih dari itu. Ia sangat senang. Akhirnya Dirga bisa memaafkannya. Bisa menerimanya sebagai ibu. Bagai mimpi yang baru saja terjadi di kehidupan nyata.
***
Sekolah sudah sepi. Namun Kartika masih ada di sekolah. Ia baru saja selesai remedial ulangan fisika. Dikarenakan pada saat ulangan sebelumnya nilainya kurang dari rata-rata. Dan hanya ia seorang yang tidak lulus dalam ulangan kali itu di kelasnya. Ia tidak putus asa dengan hasilnya yang tidak memuaskan itu. Ia mencari guru yang bersangkutan, dan meminta kepada beliau untuk melakukan ujian ulang. Awalnya Sang Guru menolak. Namun melihat kegigihan Kartika untuk mendapatkan nilai, beliau pun mau memberi kesempatan kedua pada Kartika. Dan Kartika pun dapat mengubah nilai limanya menjadi tujuh. Walau tidak sebesar ketiga temannya yang hampir semua mendapat nilai sepuluh, ia tetap bangga pada dirinya sendiri.
Ketika ia tengah menunggu metromini yang akan mengangkutnya di halte bis dekat sekolah. Seseorang mengagetkannya.
“Gue tunggu dari tadi baru dateng.” ucapnya.
Kartika melirik kiri kanan. Pemilik suara itu tak ditemukan. Dan ternyata orang itu ada di belakangnya. Kagetnya bukan main. “Dirga? Ngagetin aja,” ucap Kartika. “Emangnya ada apa lo nungguin gue?”
“Ikut gue!” ucapnya seraya beranjak dari tempat duduknya.
“Kemana? Enggak, ah!”
“Nyokap ngundang lo makan siang di rumah. Katanya dia udah masak makanan spesial buat lo.”
“Yang bener?”
“Terserah lo mau percaya atau enggak. Yang jelas gue udah nyampein pesan dari nyokap gue.” Dirga pun pergi.
“Awas ya, kalo bohong!” Kartika pun mengikuti langkah Dirga.
Sampailah di rumah Dirga.
Ternyata Dirga tidak membohongi Kartika. Sebuah pesta kecil-kecilan akan diadakan di rumah mewah Dirga. Tamu undangannya pun hanya Kartika seorang. Sang tuan rumah masih sibuk di dapur mempersiapkan hidangan yang akan disajikan di atas meja makan. Walalupun jelas terlihat meja makan sudah sesak dengan berbagai jenis hidangan.
Kartika hanya bisa ternganga melihat meja makan yang penuh dengan hidangan. Sementara Dirga pergi ke kamarnya untuk menyimpan tas dan berganti pakaian. Di saat yang bersamaan Dirga bergerak menuruni anak tangga dan Mamanya ke luar dari arah dapur dengan semangkuk opor ayam di tangannya.
“Sini, Ma! Biar Dirga yang bawain.” ucap Dirga sembari mempercepat langkahnya menuruni anak tangga.
“Kamu ini gimana sih, Ga? Kartika udah dateng bukannya kamu suruh duduk. Ayo duduk, Ka!”
Sontak Kartika sangat terkejut. Ia tak bisa mempercayai apa yang baru saja ia lihat dengan mata kepalanya sendiri. Bagaimana bisa Dirga bisa seramah itu terhadap Ibunya? Sungguh sangat sulit dipercaya, pikir Kartika.
“Lo kenapa sih, Ika? Mama udah nyuruh lo duduk. Kenapa lo masih terpaku disitu?” ucap Dirga sembari meletakkan semangkuk opor ayam di atas meja makan. Sebelum ia meletakkannya, ia harus menggeser hidangan di sebelahnya.
Kartika tetap diam terpaku. Ia masih tak beranjak dari tempatnya berpijak.
“Ya, gue ngerti. Lo pasti kaget gue bisa baik sama nyokap gue. Ya. Gue udah baikan sama nyokap gue. Mungkin ini semua tak lepas dari bantuan Lo. Makasih ya, Ika.”
Bu Sinta berjalan menghampirinya dan memeluknya erat. “Ika. Tante begitu mengucapkan banyak-banyak terima kasih sama kamu. Kamu banyak membantu Tante untuk dekat dengan Dirga. Dengan semua yang kamu lakukan, akhirnya kamu bisa membuat Dirga kembali menyayangi Tante. Harus dengan apa Tante membayar itu semua?”
“Aku cuma mau kalian tetep akur sampai kapanpun.”
Mereka pun memulai pesta dengan makan siang. Seperti biasa, melihat hidangan yang begitu banyak dan memikat hati, Kartika makan begitu lahap sampai tak ada lagi makanan yang sanggup ia makan lagi. Seusai makan siang, pesta berpindah di pinggir kolam berenang. Ia duduk di tepi kolam ditemani segelas jus jeruk di sampingnya dan memasukkan sebagian kakinya ke dalam air.
Dilihatnya ibu dan anak yang tengah menikmati kebersamaan. Ia ingat kejadian tujuh tahun yang lalu, sebelum kedua orang tuanya meninggal. Ketika ibunya membelai rambutnya dengan penuh perhatian dan kasih sayang. Dan kini tak ada lagi tangan lembut yang membelai rambutnya lagi. Dan tanpa ia sadari, air matanya mulai membasahi sebagian wajahnya.
Ia pun memejamkan matanya. Dirasakannya seseorang tengah membelai rambutnya dengan penuh kelembutan. Perlahan ia kembali membuka matanya. Dilihatnya sesosok wanita berparas cantik dengan senyumnya yang khas tengah membelai rambutnya, tak lain tak bukan wanita itu adalah ibunya. Kini ia bisa bertatapan lagi dengan wanita yang sudah lama meninggalkannya.
“Ika, kenapa kamu nangis?” suara itu membuat ibunya tak lagi di hadapannya. Dan ia baru sadar bahwa ia tengah bermimpi. Mengapa tidak selamanya saja ia bermimpi? Kalau perlu ia tak usah bangun kembali agar ia bisa selalu bersama ibunya.
“Bu Sinta?” Dan ternyata yang ia rasakan ibunyalah yang membelai rambutnya, tapi pada kenyataan itu bukanlah ibunya. Melaikan Mamanya Dirga.
“Kenapa kamu nangis?”
“Aku cuma lagi kangen aja sama Mama. Aku iri sama semua orang yang masih punya ibu. Mereka masih bisa memeluk ibu mereka, menatapnya. Tapi aku enggak bisa.”
“Kalau kamu mau Tante bisa jadi Mama kamu. Kamu boleh panggil Tante ‘Mama’. Siapa tahu nanti kamu benar-benar memanggil Tante ‘Mama’.”
“Aku enggak ngerti maksud Tante.”
“Tante setuju-setuju saja jika kalian pacaran. Atau kalau bisa sampai menikah.”
“Kalian?” Kartika semakin tak mengerti.
“Ya, kalian. Kamu dan Dirga.”
“Ah, Tante ada-ada saja.”
“Iya nih, Mama. Ngomongnya ngarang aja.” Dirga pun ikut dalam percakapan tersebut. “Dirga enggak ada hubungan apa-apa sama Kartika. Lagian mana mau aku punya cewek galak kayak dia.”
“Siapa lagi yang mau punya pacar jutek kayak lo” Kartika tak mau kalah.
“Ya, sekarang sih bilangnya enggak. Siapa tahu besok-besok jadi iya.”
“Enggak.” ucap Kartika dan Dirga serentak.

Kemudian acara dilanjut dengan nonton DVD. Bu Sinta tidak ikut karna ada meeting mendadak di kantornya. Film yan Dirga putar adalah film laga Hollywood. Kalo nonton film horor pasti Kartika enggak mau. Padalah kalo nonton film horor Dirga yang untung, karna bisa dipeluk-peluk. Hehe… otak mesum.
Entah mengapa—mungkin karna Kartika kelelahan—saat film masih berlangsung Kartika pun tertidur di samping Dirga. Kepalanya bersandar pada bahu Dirga.
Dirga baru sadar kalo Kartika sudah tidur setelah film selesai. Diamatinya wajah Kartika dengan seksama. Ternyata Kartika cantik juga. Tangannya mulai membelai wajah Kartika, walau begitu Kartika tidak terbangun.
Sampai Bu Sinta pulang, Dirga pun berhenti membelai wajah Kartika.
“Eh, Kartika malah tidur?” sapa Mamanya. “Ayo bangunin! Udah sore.”
Tanpa dibangunkan Dirga pun Kartika sudah bangun sendiri. Lalu Kartika pun diantar pulang oleh Dirga.
Sesampainya di rumah Kartika. Keadaan rumahnya masih gelap gulita. Kalaupun biasanya jam segini Kak Adnan sudah gelisah menunggui Kartika yang belum kujung pulang, tapi sekarang orang yang biasa melakukan aktivitas tersebut sedang tidak ada di rumah. Sudah sejak empat hari yang lalu Adnan mengikuti wisata ke Bali bersama teman-teman sekantornya dan juga beberapa atasan. Dan biasanya kalau Adnan tidak ada di rumah untuk waktu yang lama pasti Kartika ditemani oleh Arini. Namun sekarang Kartika sudah mulai dewasa, ia harus dilatih mandiri. Walau pada awal keberangkatannya Adnan agak berat hati meninggalkan Kartika sendiri di rumah. Selalu saja hatinya diselimuti rasa khawatir. Dan untuk mengatasi rasa khawatirnya yang overdosis, selalu saja setiap harinya ia menghubungi Kartika hampir lebih dari 20 kali.
“Kakak lo belum pulang?” tanya Dirga setelah Kartika turun dari motor ninjanya.
“Katanya sih, lusa baru mau pulang.”
“Oh. lo hati-hati di rumah, ya! Selamat tidur!”
“Ya. lo juga hati-hati di jalan. Jangan ngebut!”
Dirga pun menyalakan motornya dan pergi dari pekarangan rumah Kartika. Kartika pun mulai bergerak memasuki rumahnya. Namun Dirga memutar arah laju motornya ke pekarangan rumah Kartika kembali.
“Ika” serunya.
“Apa?” Kartika memutar badannya.
“Besok gue tunggu di Café Wiyuka jam 13:00.” Setelah mengucapkan kata tersebut, ia kembali melanjutkan laju motornya.
Kartika kurang jelas mendengar apa yang baru saja Dirga katakan. Setelah otaknya sudah mampu mencerna apa yang baru saja Dirga ucapkan. Ia pun berjalan memasuki rumah sambil tersenyum-senyum sendiri. Dirga mengajaknya jalan—atau dalam bahasa kerennya ‘kencan’.
“Gue pasti dateng.”
Kartika sudah selesai mandi dan mengganti pakaian dengan baju tidur, ia pun segera beranjak menuju tempat tidurnya. Kata-kata Dirga yang mengajaknya kencan masih terngiang di telinganya. Tanpa ia sadari ia pun tersenyum-senyum sendiri lagi.
Ada apa dengan dirinya ini? Ia nampak senang jika selalu berada di samping Dirga. Pertama kali dalam seumur hidupnya ia merasakan hal ini pada seorang laki-laki, dan orang itu hanya Dirga. Apa ini yang dinamakan cinta? Cinta? Apa benar ia jatuh cinta pada Dirga? Tidak. Ia tidak boleh jatuh cinta pada Dirga. Ia begini karna mungkin baru pertama kali ia sedekat ini dengan seorang laki-laki. Atau hanya perasaannya saja. Jika ia benar-benar jatuh cinta pada Dirga, pasti Hima akan marah sekali padanya. Hima akan menganggapnya sebagai pengkhianat. Ia harus buang jauh-jauh perasaan ini. Besok adalah kali terakhirnya ia dekat dengan Dirga. Ia harus segera menjauh dari Dirga, sebelum nanti akhirnya perasaan ini berubah jadi cinta yang sesungguhnya.
Sampai di rumah Dirga langsung menuju kamarnya. Sama halnya dengan Kartika, ketika Dirga menaiki anak tangga. Ia bersenandung germbira. Sesekali berputar-putar layaknya orang yang tengah menari salsa. Dari wajahnya tersirat sinar kebahagiaan.
“Yang mau kencan, girang amat keliatannya.” ujar Bu Sinta tiba-tiba.
“Mama?” balas Dirga setengah terkejut. “Siapa yang mau kencan? Ada-ada aja.”
“Mama tahu, kok. Besok siang jam 13:00 di Café Lucky, kamu mau ketemuan sama Kartika.”
“Darimana Mama tahu semua itu?” Dirga menghampiri Mamanya yang tengah duduk santai di depan televisi dengan secangkir coklat panas.
“Kenapa enggak sekalian kamu ‘tembak’ aja?”
“Dirga enggak ngerti maksud Mama.”
“Dari tatapan kamu sama Kartika, Mama bisa liat kalo kalian saling suka. Juga ketika tadi siang Mama bilang ‘setuju jika kalian pacaran’ sama Kartika, mukanya langsung merah. Apa itu bukan namanya tanda-tanda jatuh cinta?”
“Mama ngawur aja kalo ngomong. Siapa yang cinta sama gadis galak itu?”
“Oh, gitu. Menurut Mama Kartika cantik, kok. Jadi kalo kamu enggak ‘nembak’ dia, masih banyak laki-laki yang mengantri untuk jadi pacarnya.”
“Masak sih, Ma?” ujar Dirga agak terkejut.
“Denger Kartika banyak yang naksir aja langsung kaget. Buruan tembak. Keduluan sama orang lain aja, nanti nyesel, lho.”
“Ah, Mama.” Dirga segera bergegas menuju kamarnya setengah berlari. Walau pikirannya masih dihantui oleh ucapan Mamanya. Kartika banyak yang naksir? Bagaimana dengannya?



Bersambung :v


Awal hingga akhir . Joyeux anniversarie mademoiselle !

Aku yakin hari ini adalah hari yang paling spesial untukmu dan juga ayah ibumu, karena hari ini tepat 15 tahun yang lalu, dirimu lahir didunia ini. Saat itu kamu menangis begitu keras ketika keluar dari rahim ibumu, tapi coba tebak, semua orang bahagia mendengar tangisanmu, bahkan ayahmu yang tak bisa menahan haru nya langsung mengumandangkan adzan ditelingamu, ia berharap kamu kelak akan menjadi seorang gadis yang baik, cantik, sholehah, sukses dunia akhirat dan pastinya setiap hidupmu selalu diridhoi Allah swt. sang pencipta yang membuatmu lahir didunia ini.
Kemudian, setelah mengadzani-mu, ia memberikanmu kepada ibumu yang tampak terlihat sangat lelah dan letih, tapi apa? ibumu tidak pernah menolak sedikit pun untuk menimangmu, bahkan dengan tenaga yang tersisa dia malah berusaha untuk menciumi keningmu, kemudian berkata kepada ayahmu "Sayang, apakah kau sudah menyiapkan nama untuk anak kita yang pertama ini?"
Ayahmu yang masih terharu pun menjawab pertanyaan itu dengan percaya diri "Tentu saja sudah, karena dia adalah seorang anak perempuan yang lahir saat malam hari dibawah langit penuh bintang, maka aku akan menamai nya dengan salah satu nama bintang yaitu ***** , bagaimana?"
Ibumu hanya tersenyum kemudia melihat kearahmu dan menyapamu "Hai ******" ibumu pun tersenyum, alih-alih ibumu mengira namamu hanya itu, ayahmu pun langsung berkata dengan semangat; "Kemudian setelah itu, aku juga berharap dia menjadi seorang yang sangat islami, rajin beribadah, taat pada orang tua dan selalu kuat iman nya, maka itu aku menyematkan nama agama kita, Islam ditengahnya, yah walaupun aku menambahkan 2 huruf dibelakangnya supaya terlihat indah, kemudian untuk nama terakhir nya kuberi nama Putri, selain menandakan bahwa ia adalah seorang perempuan, aku juga berharap dia bisa bersikap layaknya seorang putri, yaitu anggun, elegan, dan disenangi oleh semua orang"
Ibumu yang tadinya sangat lelah dan letih seketika energi nya seperti terestorasi mendengar arti dari namamu, dia benar-benar terlihat bahagia, dan menitikkan sedikit air matanya "Jadi arti namanya adalah seorang putri islami yang berasal dari bintang-bintang? nama itu indah sekali sayangku"
Ayahmu pun tersenyum dan memegang kaki kecilmu sampai seorang dokter anak mengambilmu untuk memeriksa keadaanmu. Malam itu ayah dan ibumu begitu bahagia.

Dan hari ini, kamu merayakan peristiwa itu untuk yang ke 16 kalinya, dan pagi tadi aku yakin saat kamu bangun tidur pada pagi hari tadi, dengan cepat kamu menghidupkan smartphone mu itu, mengharapkan akan banyak sekali teman teman mu yang mengucapkan selamat ulang tahun padamu, kamu tersenyum membalas pesan mereka satu per satu, dan  pada suatu pesan, secara tiba-tiba senyum mu hilang, tetapi berganti menjadi tawa kecil yang sangat bermakna ketika kamu membaca pesan dari cowok pujaanmu yang berisikan selamat ulang tahun dan doa-doa yang dipanjatkan nya untukmu plus emot cium [:*] dan peluk [({})] serta emot senang [:D] pun disertainya . kamu pun membalas pesan itu dengan hati yang bahagia, membalas ucapan selamat darinya dengan kata Makasih sayang yang dilanjutkan dengan emot-emot yang sepertinya sudah aku jelaskan tadi .
Setelah itu kamu bergegas kekamar mandi, dan bersiap untuk sekolah, disaat kamu keluar pintu kamar, kamu bertemu dengan ibumu kemudian ia pun mengucapkan selamat juga padamu, dilanjutkan oleh ayahmu, dan terakhir oleh adikmu walau ia sepertinya agak malu-malu .

disekolah kamu bertemu dengan teman-teman sekelasmu, ada yang sadar ataupun tidak bahwa hari ini adalah hari besarmu, mereka bergantian mengucapkan selamat padamu dan pastinya mereka minta ditraktir, tak ketinggalan kakak dan abang angkat mu pun juga memberimu selamat.


Dan sore nya kamu pasti akan diberi surprise oleh orang-orang terdekatmu, dilempari telur dan tepung bahkan mungkin disiram air got oleh teman-temanmu, kemudian setelah itu datanglah cowok pujaanmu sembari membawa kue ulang tahun yang bertuliskan HBD Sayang dengan lilin menyala diatasnya yang kemudian akan kamu tiup sambil menggumaman keinginan-keinginan yang kamu inginkan .
Bertepuk tanganlah semua orang yang ada disana, dan setelah itu kamu akan foto bersama cowok yang membawa kue ulang tahunmu .

Mungkin ini adalah hari yang sangat membahagiakan bagimu, dan mungkin patut dicap sebagai The Best Day Ever In 2015 .
Dan setelah semua kejadian menyenangkan tadi terjadi, disaat kamu ingi tidur dan mulai berselimut, kamu membuka smartphone mu dan melihat sebuah pesan dariku, yaitu pesan yang berisikan selamat . mungkin kamu akan berdecak heran, mengapa aku mengucapkan selamat padamu disaat hari sudah malam dan akan berakhir . Ini Cowok pasti lupa sama ulang tahunku, yaudahlah bilang makasih aja deh, kasian .

Wajar jika kamu menganggapku lupa, bahkan bukan kamu saja, semua orang juga pasti akan menganggapku lupa bahkan sahabat terbaikku sendiri sampai-sampai dia bilang "dia ultah njirr" aku hanya membalas "Ya, gue tau kok"

Tapi, serius akuku benar-benar tidak pernah lupa pada hari besarmu ini, ketahuilah bahwa 3 jam sebelum jam 00.00 malam sebelumnya, aku tak bisa konsentrasi untuk menghafal materi-materi pembelajaran yang akan diujiankan keesokan nya, dalam benakku hanya bisa memikirkan mu besok, mungkin jika aku kekasihmu aku tidak perlu semumet ini, karena tinggal beli kue dan hadiah kemudian melempari mu dengan telur dan jadilah surprise yang menandakan bahwa dia sangat sayang padamu . tetapi jika aku? jika aku melakukan apa yang kekasihmu lakukan, pastinya yang pertama aku dianggap bodoh karena aku bukan siapa-siapamu, kemudian aku juga dianggap merendahkan harga diriku sendiri karena terlalu mengharapkanmu dan yang terakhir aku juga dianggap sangat aneh dan tak tau malu karena berani-berani nya melakukan apa yang seharusnya kekasihmu lakukan, bukan aku .

Aku pun bingung dengan apa yang akan aku lakukan besok sehingga aku pun membuat Personal Message pada BBM  "Tomorrow is a very big day, but i am very useless"
Dan beberapa saat kemudian editor-ku Santy, mengomentari "Emang besok hari apa? kamu mau nembak cewek ya?"
Kemudian aku menjawab "Bukan hahaha, pokoknya besok itu bukan big day buat saya tapi buat dia, tapi saya nggak mampu merayakan nya"

"Kalo nggak bisa merayakan nya secara langsung kenapa nggak lewat surat aja? Cerpen ataupun yang lain . Ngerayain bukan berarti harus disampingnya tan. yang beda justru yang berkesan"

"Iya rencana nya mau gitu, soalnya kalau mau merayakan secara langsung nggak mungkin, karena dia ngeliat muka saya aja nggak mau lagi, itu masalahnya, alasan nya? karena kebodohan saya dimasa lalu"

"Saya mah gaktau kamu bikin salah apa. kalo segitu berharap sama si cewek, lakukan apapun . tapi kalo uda usaha tapi gak dihargai mikir dua kali deh tan"
Setelah Santy bilang bahwa aku harus mikir dua kali untuk tetap memperjuangkanmu, aku sedikit putus asa . dan setelah itu Santy melanjutkan omongan nya .
"Perjuangkan hal yang emang berharga buat diperjuankan, tapi tinggalkan ketika itu menyakiti dan merugikan diri sendiri tan. Mungkin kamu nggak sadar betapa banyak kesempatan lain yang terbuka saat kamu sibuk berharap di kesempatan yang udah ketutup"

Sepanjang malam itu saya curhat pada Santy tentang dirimu . dan akhirnya sampailah kami diujung pembicaraan .
Santy mengatakan sesuatu yang sangat telak menghujam dadaku "Cewek emang lebih rumit dari belajar. Pada akhirnya keputusan kembali ke kamu. Cepat-cepat berhenti menyakiti diri kamu dengan MENIKMATI rasa kehilangan perhatian dia, atau lanjutkan terus sampe batas nggak tertolong dan akhirnya kamu bakal sadar kalau semua ini, impian dan mimpi-mimpimu hanya fatamorgana. Melupakan memang susah tan, tapi menikmati kesengsaraan benar-benar tindakan bodoh"

Aku hanya diam dan tak bisa berkata-kata, Santy benar-benar menghujamkan kata-katanya kepadaku . Setelah beberapa detik keheningan Santy mulai ngoceh kembali, tapi kali ini dia sedikit menenangkanku "Emang berat tan, saya juga tau. saya juga gak bisa bilang bahwa semua bakal baik-baik aja, karena gak ada yang sedang baik. susah emang tapi berusaha deh"

"Iya saya tau itu, dan mungkin karena besok adalah hari spesialnya, saya akan buat cerita tentang nya untuk yang terakhir kali, boleh kan? ya sekedar untuk melakukan tindakan bodoh untuk terakhir kali nya"

"Ya boleh tan. saya sebagai editor nggak berhak nge-judge hal yang kamu kerjakan. saya cuman kasih saran dikit tadi tapi jangan lupa jika kamu buat cerita juga ucapkan ke dia, jangan cuman dicerita saja"

"Baiklah, saya akan coba berani"

"Oke semangat tan. jika ada apa-apa kamu bisa cerita ke saya, walaupun sedikit memalukan ingat hasil nya tan, ingat perbuatan bodoh yang memalukan, ingat semua nya, ingat konsekuensi kalo tetap menikmati kesengsaraan"

Dan segera setelah percakapan itu, aku diliputi kehingan malam kembali . aku mulai menulis cerita ini untukmu, cerita yang mungkin tak akan pernah kamu baca.

Dan pada akhirnya, bagimu aku hanyalah cinta yang tak diizinkan bersuara sehingga harus menulis cerita, dan aku pun serasa hilang ketika diterpa angin malam, ketika mengingatmu lebih memilihnya. karena mungkin bagimu, aku hanyalah pena yang tak bertinta, yang takkan mampu menemanimu menulis cerita cinta.
Dan ditengah perjalanan ini inginku berhenti sejenak ditepian danau yang berair sunyi, membasuhi semua luka yang tergores sempurna di raga ini.

Dan sampaila kita pada halaman terakhir jurnal-ku tentang dirimu, untuk hari spesial mu ini, maafkan aku tak bisa memberimu apa-apa selain cerita ini, dan maafkan juga aku tak bisa mengucapkan sebagai orang pertama, tetapi malah jadi orang yang terakhir .
Kamu mungkin akan menganggap remeh semua yang kulakukan pada hari ini, tapi ketahuilah bahwa ini semua penuh makna.
aku memberikan hadiah mu sebuah cerita di blog, karena aku yakin hadiah ini bakal abadi walau kamu tak ingin menerimanya, berbeda dengan boneka ataupun barang lain nya yang diberikan oleh orang lain, itu pasti akan rusak seiring berjalan nya waktu. dan mengapa aku mengucapkan sebagai orang yang terakhir? karena aku sadar aku bukanlah orang yang selalu pertama kamu pikirkan pada saat pagi hari disaat kamu bangun dan ketika ingin tidur. tetapi aku hanyalah orang yang terakhir, yang hanya sesekali kamu pikirkan itupun dengan secara tidak sengaja, untuk itu maafkan aku karena menjadi orang yang terakhir karena ketahuilah, bahwa aku ingin sekali menjadi yang terakhir untukmu.

Joyeux anniversarie mademoiselle ! in English it means Happy birthday my girl !

And last but not least, Happy birthday, i wish you all the best, long life, and always keep your beuatiness :D
Allah always bless you and HEY! i was never forget your special day .
I just want to be the last, but i'm not sure i'm the last. Am i the last?